Key Takeaways
- Kenaikan tarif bea masuk AS ke Indonesia sebesar 32% bisa bikin ekonomi Indonesia nyungsep di kuartal IV 2025.
- Kenaikan tarif ini diumumkan langsung oleh Presiden Donald Trump sebagai kebijakan dagang baru per 2 April 2025.
- Dampaknya bukan cuma ke ekspor ke AS, tapi juga bisa nular ke pasar ekspor negara lain.
- Industri yang paling kena imbas adalah otomotif dan elektronik, yang kemungkinan besar akan turun kapasitas dan PHK.
- Bhima Yudhistira dari Celios bilang, kalau ekonomi AS turun 1%, maka ekonomi Indonesia bisa turun 0,08%.
- Indonesia termasuk salah satu dari 60 negara yang kena tarif balasan dari AS.
- Negara ASEAN lain juga kena: Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump ngumumin kalau dia bakal naikin bea masuk barang dari banyak negara, termasuk Indonesia. Dan yang bikin kaget, tarif buat Indonesia itu naik 32%.
Kata Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Celios, kebijakan ini bisa bikin ekonomi Indonesia masuk ke resesi di akhir 2025. Resesi bukan cuma angka doang di berita. Itu artinya bisa ada gelombang PHK, pengangguran naik, harga barang naik, dan peluang kerja makin sempit. Gawat, kan?
Lo mungkin mikir, "Ini kan cuma soal ekspor, ngaruhnya ke gue apa?" Tapi justru itu, karena ekspor kita ke AS nyangkut di sektor penting kayak otomotif dan elektronik, yang punya ribuan pekerja dan jadi motor ekonomi.
Kalau kendaraan dan elektronik kita jadi lebih mahal di pasar AS, otomatis penjualan turun. Terus pabrik di Indonesia mau nggak mau bakal kurangi produksi, bahkan bisa layoff karyawan. Nggak semua produk bisa dijual di dalam negeri karena spek ekspornya beda. Artinya, potensi pengangguran naik.
Yang seremnya lagi, ini bisa ngaruh ke ekspor kita ke negara lain. Karena kalau ekonomi global ikut goyah, daya beli turun, dan pasar luar negeri makin selektif.
Dan lo tau nggak? Ekonomi Indonesia itu punya korelasi dengan AS. Kata Bhima, kalau ekonomi AS turun 1%, ekonomi Indonesia bisa ikut turun 0,08%. Kelihatannya kecil, tapi dalam skala nasional itu udah lumayan berasa.
Belum lagi, Indonesia bukan satu-satunya korban. Negara ASEAN lain juga kena. Tapi, yang harus kita pikirin sekarang adalah gimana generasi muda bisa adaptif dan siap hadapi dampaknya. Karena ya, kalau nunggu pemerintah beresin semuanya duluan, bisa-bisa kita udah keburu kena duluan.
Makanya, penting buat lo ngerti situasi ini. Biar nggak panik, tapi juga nggak naif. Dan kalau lo pengen paham lebih banyak soal gimana uang, psikologi, dan ekonomi itu nyambung ke kehidupan kita sehari-hari, lo wajib banget follow Psychology of Finance. Di situ banyak insight realistis dan relatable soal ngatur keuangan, ngadepin krisis, sampai ngebangun stabilitas hidup lo pelan-pelan.
Ekonomi Jatuh, Kenapa Anak Muda Harus Peduli?

Pas baca soal tarif bea masuk dan resesi, mungkin lo langsung mikir: “Duh, ini kayaknya urusan pejabat deh, bukan urusan gue.” Tapi justru itu yang bahaya. Karena kalau lo ngerasa ini jauh dari hidup lo, lo jadi nggak nyiapin diri buat dampaknya. Padahal, kalau ekonomi beneran masuk fase resesi, yang paling kena itu justru generasi muda kayak lo.
Gini, gue kasih gambaran.
Kenaikan tarif dari Amerika itu artinya produk ekspor Indonesia bakal lebih mahal di sana. Nah, karena mahal, konsumen AS bakal ogah beli, dan perusahaan Indonesia kehilangan pasar. Terutama di sektor otomotif dan elektronik yang emang punya banyak tenaga kerja.
Kalau ekspor turun → pabrik rugi → produksi dikurangi → pegawai dirumahkan → pengangguran naik.
Kebayang kan efek domino-nya?
Dan kalau lo sekarang lagi kuliah, baru lulus, atau cari kerja, artinya lo bakal bersaing di pasar kerja yang lebih sempit, dengan lebih banyak orang ngelamar di tempat yang sama. Perusahaan juga bakal lebih hati-hati ngeluarin duit, termasuk buat gaji dan rekrutmen. Gaji bisa stagnan, peluang promosi kecil, dan karyawan kontrak makin banyak.
Bahkan kalau lo bukan pekerja, lo tetep kena efeknya. Harga barang bisa naik karena impor juga terdampak. Investasi turun. UMKM kena imbas karena daya beli turun. Artinya? Kemungkinan besar, uang jajan lo nggak lagi cukup buat gaya hidup yang sama.
Dan ini bukan skenario yang kejadian di film atau teori doang. Ini hal yang bisa dan pernah kejadian. Krisis global 2008, pandemi 2020—semuanya bikin dunia kerja jungkir balik. Bedanya, sekarang lo udah lebih dewasa dan harus lebih waspada.
Makanya, anak muda justru harus lebih aware sama isu ekonomi kayak gini. Bukan buat panik, tapi buat siap.
Mulai dari:
- Lebih melek soal kondisi ekonomi dunia.
- Nggak bergantung sama satu sumber income doang.
- Punya skill yang bisa fleksibel di banyak industri.
- Nggak buru-buru resign tanpa strategi.
Dan yang paling penting, ngerti cara ngatur uang dan mikir panjang.
Biar nanti, kalau kondisi ekonomi beneran seret, lo bukan jadi korban, tapi lo jadi orang yang udah siap ngehadapi semuanya dengan tenang.
Langkah Realistis Biar Lo Nggak Ikut Terseret

Nah, setelah lo tau seberapa bahaya efek kebijakan ini, sekarang saatnya lo tau juga gimana caranya bersiap dari sekarang. Nggak harus nunggu jadi ekonom, tapi cukup ambil langkah kecil yang realistis buat jaga-jaga kalau ekonomi beneran melambat.
Berikut beberapa langkah yang bisa lo ambil dari sekarang:
1. Bangun Financial Awareness
Mulai dari hal yang simpel kayak:
- Cek pengeluaran lo tiap bulan.
- Bikin budgeting, walaupun lo masih dapet uang dari orang tua.
- Bedain antara kebutuhan dan keinginan.
- Simpan dana darurat, meski pelan-pelan.
Intinya, lo harus lebih peka soal keuangan lo sendiri. Jangan asal ikut tren tanpa tau kondisi dompet.
2. Upgrade Skill yang Fleksibel
Kalau sekarang lo kuliah atau kerja di bidang tertentu, coba pikirin: “Kalau industri gue kena, gue masih bisa kerja di bidang apa lagi?”
Belajar skill kayak:
- Digital marketing
- Copywriting
- Data analysis
- Public speaking
- Bahasa asing
Itu semua bisa bikin lo lebih adaptable di dunia kerja, apapun yang terjadi sama ekonomi global.
3. Jangan Tergoda Gaya Hidup Konsumtif
Ngopi boleh, healing juga boleh. Tapi kalau tiap minggu lo foya-foya demi validasi sosial, itu berbahaya. Apalagi kalau uangnya hasil paylater atau cicilan kartu kredit.
Kebiasaan kayak gitu bisa bikin lo rapuh secara finansial di tengah krisis. Mending sekarang belajar hidup minimalis tapi tetap mindful.
4. Bikin Side Income atau Passive Income
Kalau lo punya waktu dan ide, coba cari alternatif income yang bisa nambah tabungan. Nggak harus gede dulu. Yang penting mulai.
Contohnya:
- Jualan online
- Freelance
- Bikin konten
- Investasi kecil-kecilan
Nanti lo bakal ngerti, punya income lebih dari satu itu bikin hidup jauh lebih tenang.
Kesimpulan
Gue nggak bilang ini buat nakut-nakutin, tapi buat ngajak lo mikir lebih jauh. Kalau beneran Indonesia masuk ke fase resesi di kuartal IV 2025 gara-gara tarif bea masuk AS naik jadi 32%, pertanyaannya adalah:
Lo udah siap belum?
Resesi bukan cuma cerita di headline berita ekonomi. Itu bisa jadi kenyataan yang lo rasain langsung: susah cari kerja, gaji turun, harga barang naik, dan tekanan mental yang nggak main-main. Banyak anak muda yang bisa kehilangan arah kalau nggak punya bekal mental dan strategi bertahan.
Tapi kabar baiknya, lo masih punya waktu. Lo masih bisa belajar dari sekarang, ngatur langkah, dan nyiapin diri pelan-pelan.
Hal pertama yang penting banget adalah ngubah mindset. Jangan nunggu situasi membaik baru mulai gerak. Justru pas kondisi dunia lagi nggak stabil kayak gini, lo bisa selangkah lebih depan kalau udah adaptif duluan.
Coba refleksiin hal ini:
- Apakah lo udah tahu kondisi keuangan pribadi lo?
- Apakah lo punya skill yang bisa bertahan di berbagai kondisi?
- Apakah lo punya support system yang sehat buat ngadepin stres dan tekanan?
- Kalau belum, nggak masalah. Karena langkah kecil tetep lebih baik daripada diem.
Dan lo nggak sendirian, kok. Lo bisa dapet insight, panduan, dan inspirasi yang realistis banget buat ngebantu lo survive dan grow secara mental, finansial, dan emosional. Salah satu yang bisa bantu banget dalam situasi kayak gini adalah Psychology of Finance.
Di situ lo bakal dapet perspektif baru soal:
- Gimana uang memengaruhi keputusan hidup lo.
- Kenapa lo suka impulsif belanja pas lagi stres.
- Cara realistis buat mulai investasi meski gaji kecil.
- Dan gimana lo bisa jadi lebih bijak ngatur keuangan tanpa harus kaya duluan.
Bayangin kalau lo bisa punya kontrol lebih atas keuangan lo, walau kondisi ekonomi luar lagi goyang. Bukan cuma tenangin diri lo, tapi juga bisa bantu orang-orang sekitar lo yang mungkin lebih terdampak.
Dan kalau lo ngerasa butuh arahan yang lebih personal, bisa banget coba layanan life coaching dari Life Consultation.
Jadi mulai dari sekarang, yuk mulai rutin upgrade wawasan lo. Karena kadang, perubahan hidup nggak butuh revolusi besar—cukup satu langkah kecil yang konsisten, satu persen lebih baik tiap harinya.
FAQ
Q: Emang bisa ya, tarif dagang bikin Indonesia resesi?
A: Bisa banget. Karena Indonesia salah satu mitra dagang AS. Kalau ekspor terganggu, ekonomi kita juga terganggu. Apalagi kalau sektor strategis kayak otomotif dan elektronik kena duluan.
Q: Kenapa dampaknya bisa nyampe ke anak muda juga?
A: Karena ekonomi nyambung ke semua sektor. Kalau pabrik tutup atau produksi turun, lowongan kerja berkurang. Kalau daya beli turun, UMKM juga sepi. Semua itu ujung-ujungnya bikin anak muda makin susah cari kerja atau berkembang secara finansial.
Q: Apa Indonesia satu-satunya negara yang kena?
A: Nggak. Ada 60 negara lain yang juga kena tarif bea masuk baru dari AS, termasuk negara-negara Asia Tenggara kayak Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Kamboja.
Q: Gue nggak ngerti ekonomi, harus gimana?
A: Nggak masalah. Lo bisa mulai dari hal simpel kayak baca atau dengerin konten yang relate, kayak Psychology of Finance dari Satu Persen. Dibahas dengan bahasa yang ringan tapi penuh insight.
Q: Apa gue harus takut ngadepin resesi?
A: Takut boleh, tapi jangan sampai bikin lo berhenti. Yang penting lo paham, sadar, dan punya strategi realistis buat bertahan dan berkembang.