Kenapa Sering Sulit Menolak Diskon? Ini Penjelasan Psikologinya

Dilsa Ad'ha
7 Dec 2024
5 read

Poin Penting:

  • Diskon menciptakan ilusi kesempatan terbatas yang sulit ditolak
  • Belanja saat diskon sering jadi pelarian dari masalah emosional
  • Tekanan sosial dan budaya mendorong perilaku belanja berlebihan
  • Persepsi nilai yang salah membuat kita mengabaikan kebutuhan sebenarnya

Siapa sih yang nggak suka diskon? Apalagi kalau diskonnya gede, kayak yang sering muncul di promo-promo akhir bulan atau harbolnas. Tapi lo pernah nggak sih mikir, kenapa rasanya susah banget nolak tawaran diskon? Bahkan sampai bela-belain beli barang yang sebenernya nggak terlalu lo butuhin?

Gue pernah ngalamin hal yang sama. Waktu itu gue liat ada tas branded diskon 70%. Padahal gue udah punya beberapa tas yang masih bagus, tapi tetep aja rasanya sayang kalau dilewatin. Akhirnya kebeli deh, dan sekarang tasnya cuma jadi pajangan di lemari.

Ternyata, ada banyak faktor psikologis yang bikin kita gampang tergoda sama diskon. Psikolog Ratih Ibrahim menjelaskan bahwa belanja, terutama barang-barang mewah saat diskon, bisa jadi bentuk pelarian dari realitas hidup yang nggak menyenangkan. Ini kenapa banyak orang yang stress atau sedih malah jadi lebih gampang kena godaan diskon.

Selain itu, diskon juga punya kemampuan unik buat bikin kita merasa "harus beli sekarang". Mereka menciptakan rasa urgensi yang bikin kita mikir kalau ini kesempatan langka yang nggak boleh dilewatin. Padahal kalau dipikir-pikir, setiap bulan pasti ada aja promo atau diskon yang ditawarin, kan?

Yang lebih menarik lagi, ternyata ada hubungannya juga sama ekspektasi sosial. Di jaman sekarang, ada tekanan buat selalu update dan punya barang-barang tertentu biar dianggap "kekinian". Nah, pas ada diskon, kita jadi merasa ini kesempatan buat memenuhi ekspektasi itu tanpa harus keluar budget yang terlalu besar.

Mau tau lebih dalam tentang psikologi di balik diskon dan gimana cara mengatasinya? Yuk, kita bahas lebih lanjut di bagian selanjutnya.

Kenapa Diskon Bisa "Menghipnotis" Kita?

Diskon sering kali jadi godaan yang sulit ditolak, terutama ketika kita melihat label “SALE” atau “Diskon 50%” yang menggiurkan. Meskipun terkadang kita tahu kalau beli barang diskon belum tentu hemat, tetap aja kita sering merasa terpaksa untuk membeli. Tapi, kenapa ya diskon bisa "menghipnotis" kita? Ternyata, ada banyak faktor psikologis di balik ketertarikan kita pada diskon, dan sebagian besar alasan ini berhubungan langsung dengan cara otak kita bekerja.

1. Rasa Takut Kehilangan (FOMO)

Diskon sering kali dipasarkan dengan kalimat-kalimat yang bikin kita merasa takut kehilangan kesempatan, seperti "Hanya Hari Ini!" atau "Terbatas!" Strategi marketing seperti ini sengaja digunakan untuk memanfaatkan fear of missing out (FOMO), atau rasa takut ketinggalan. Ketika kita mendengar kalimat seperti itu, otak kita langsung merespons dengan perasaan panik dan terburu-buru membuat keputusan. Padahal, seringkali diskon yang ditawarkan bukanlah kesempatan langka, tapi cara mereka untuk mendorong kita beli tanpa mikir panjang.

FOMO ini bisa bikin kita langsung mengambil keputusan pembelian tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi finansial. Kita jadi merasa kalau nggak beli sekarang, kesempatan tersebut bakal hilang, padahal barang itu mungkin nggak kita butuhkan sama sekali.

2. Dopamin Rush

Lo pasti pernah merasa senang atau puas setelah berhasil mendapatkan barang diskon, kan? Ternyata, itu karena otak kita melepaskan dopamin, yaitu hormon yang berkaitan dengan rasa bahagia dan kepuasan. Dopamin ini bekerja sebagai sistem penghargaan di otak kita, yang membuat kita merasa senang setiap kali kita berhasil mendapatkan sesuatu yang dianggap “bagus” atau “terjangkau”.

Diskon menciptakan perasaan bahwa kita sedang mendapat "kesepakatan bagus" yang menyenangkan, yang akhirnya bikin kita merasa ingin terus merasakannya. Maka, kita pun jadi terus-terusan mencari diskon, meskipun sering kali kita nggak bener-bener membutuhkan barang tersebut. Ini mirip dengan kebiasaan "reward seeking", di mana kita terus mengejar perasaan senang dari belanja.

3. Pembenaran Pembelian

Ada juga faktor psikologis lain yang bikin kita lebih mudah tergoda oleh diskon, yaitu pembenaran. Kita sering merasa bahwa membeli barang diskon itu rasanya lebih rasional, karena “harganya sudah lebih murah dari biasanya”. Padahal, walaupun harga barangnya diskon, itu tetap menguras uang kita. Pada akhirnya, kita merasa mendapatkan barang berkualitas dengan harga lebih rendah, dan itu memberi kita rasa sukses atau pencapaian.

Dengan begitu, otak kita cenderung berpikir bahwa kita lebih pintar dalam mengelola uang, padahal sebenarnya kita hanya tergoda oleh tawaran yang menggiurkan.

Cara Bijak Hadapi Godaan Diskon

Jadi, gimana caranya supaya nggak gampang kebawa arus diskon dan tetap bisa berbelanja dengan bijak? Berikut beberapa trik yang bisa lo coba:

1. Bikin Daftar "Butuh vs Mau"

Sebelum lo belanja, cobalah bikin dua kolom: barang yang lo butuhin dan barang yang cuma lo pengen. Fokus dulu ke kolom "butuh", misalnya barang yang emang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari atau yang udah lo rencanakan. Baru setelah itu, kalau masih ada sisa anggaran, mikir tentang barang yang lo "mau" tapi belum tentu diperlukan. Ini akan membantu lo memisahkan kebutuhan dari keinginan, dan lebih bijak dalam mengambil keputusan pembelian.

2. Terapkan Aturan 24 Jam

Terkadang, godaan diskon datang begitu kuat sehingga kita merasa harus segera membeli saat itu juga. Nah, biar lebih bijak, coba terapkan aturan 24 jam. Jika lo menemukan barang yang lo suka dengan harga diskon, beri waktu 24 jam untuk berpikir ulang. Setelah waktu itu, lo bakal lebih bisa mikir jernih apakah barang itu benar-benar dibutuhkan atau hanya tergoda oleh diskonnya aja. Biasanya, setelah periode "cooling down" ini, keinginan untuk membeli barang tersebut bisa hilang begitu saja.

3. Hitung Total Pengeluaran, Bukan Diskonnya

Alih-alih fokus pada "berapa banyak yang bisa dihemat", coba deh fokus ke berapa banyak uang yang harus dikeluarkan. Misalnya, ada barang yang seharga 1 juta rupiah, diskon 50% menjadi 500 ribu. Meskipun terdengar murah, 500 ribu tetap aja bisa dipakai untuk hal lain yang lebih penting. Dengan menghitung total pengeluaran dan membandingkannya dengan barang lain yang lebih dibutuhkan, lo bisa lebih bijak dalam memutuskan apakah akan membeli atau tidak.

4. Ingat, Diskon Itu Cuma Worth It Kalau Barangnya Diperlukan

Kadang, kita merasa "hemat" karena beli barang diskon, tapi ujung-ujungnya malah membuat kantong jebol. Diskon hanya worth it kalau barang yang lo beli memang diperlukan dan sesuai dengan anggaran. Jangan sampai lo tergoda beli barang yang nggak benar-benar penting, hanya karena harga diskonnya lebih murah. Periksa lagi apakah barang itu sesuai dengan kebutuhan lo, atau hanya memuaskan keinginan sesaat.

Kesimpulan

Diskon memang bisa menjadi godaan yang sulit ditolak, terutama karena faktor psikologis seperti FOMO dan dopamin rush yang bikin kita merasa senang. Namun, dengan beberapa trik sederhana seperti membuat daftar "butuh vs mau", menerapkan aturan 24 jam, dan fokus pada total pengeluaran, lo bisa lebih bijak dalam menghadapi godaan diskon. Ingat, diskon hanya menguntungkan kalau barang yang dibeli memang diperlukan dan sesuai dengan anggaran. Jangan biarkan diskon membuat lo tergoda dan akhirnya mengganggu kondisi keuangan lo.

Selain itu, penting juga buat mulai belajar tentang cara mengelola keuangan dengan lebih baik. Kalau lo tertarik buat lebih memahami hubungan antara psikologi dan keputusan finansial, yuk follow @psychologyoffinanceid di Instagram. Di sana, lo bakal dapet banyak insight menarik tentang money mindset dan tips praktis soal mengelola uang.

FAQ

Q: Gimana cara bedain diskon yang worth it dan yang cuma jebakan?

A: Cek harga normal barangnya di beberapa tempat berbeda sebelum diskon. Kadang ada toko yang sengaja naikin harga dulu baru kasih diskon gede.

Q: Apa iya belanja pas diskon selalu buruk?

A: Nggak juga! Diskon bisa jadi kesempatan bagus kalau:

  • Barangnya emang udah ada di wishlist lo
  • Masuk budget
  • Kualitasnya terjamin
  • Lo udah riset harganya

Q: Kenapa kadang tetep kebeli meski udah tau nggak butuh?

A: Ini biasanya karena keputusan belanja lebih didorong sama emosi daripada logika. Coba praktekin aturan 24 jam yang udah dibahas sebelumnya.

Buat dapetin pemahaman lebih dalam tentang psikologi di balik keputusan finansial dan tips-tips menarik lainnya, jangan lupa untuk:

  1. Follow @psychologyoffinanceid di Instagram
  2. Join webinar dan workshop Psychology of Finance
  3. Ikuti update terbaru di channel YouTube Satu Persen

Dengan memahami psikologi di balik diskon dan menerapkan tips-tips di atas, lo bisa mulai bikin keputusan finansial yang lebih bijak. Remember, the best deals are the ones that align with your needs and financial goals!