Key Takeaways
- Koreksi pasar bisa jadi peluang bagus buat investasi jangka panjang.
- IHSG saat ini berada di fase konsolidasi, bukan krisis.
- Saham-saham defensif dan big cap direkomendasikan oleh analis.
- Mindset sabar, teredukasi, dan realistis penting dalam berinvestasi.
- Kombinasi analisis teknikal dan fundamental bantu ambil keputusan yang bijak.

Kalau lo akhir-akhir ini ngeliat grafik IHSG yang turun dan langsung panik, tenang dulu. Bisa jadi ini bukan tanda bahaya, tapi justru peluang.
IHSG memang sempat terkoreksi sampai 6.545 di penutupan Selasa (11/3), turun 0,79%. Tapi ini bukan berarti pasar lagi kolaps total. Menurut William Surya Wijaya, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, ini hanyalah bagian dari fase konsolidasi. Artinya? Pasar lagi nyari arah dan menunggu sentimen baru buat bergerak lebih kenceng.
William bahkan menyebut koreksi ini bisa jadi peluang emas buat para investor, khususnya yang punya target jangka menengah sampai panjang. Soalnya, saat harga saham turun, lo bisa masuk dengan valuasi yang lebih menarik.
Dia juga ngasih rekomendasi saham seperti TLKM, JSMR, UNVR, ICBP, sampai ASII. Saham-saham ini biasanya punya fundamental kuat dan termasuk yang defensif saat kondisi pasar nggak stabil. Jadi bukan cuma asal pilih karena “lagi diskon”, tapi emang punya potensi long-term yang solid.
Sementara itu, Ivan Rosanova dari Binaartha Sekuritas juga punya pandangan yang mirip, tapi lebih teknikal. Dia bilang IHSG masih ada kemungkinan melemah ke area 6.413, bahkan sampai 6.226 kalau tembus 6.361. Tapi selama masih bertahan di atas level 6.361, tren naik jangka menengah masih terbuka.
Nah, di sinilah pentingnya punya dua senjata utama kalau lo main di saham: strategi dan mindset.
Banyak anak muda yang baru nyemplung ke dunia investasi ngira kalau saham itu tempat buat kaya cepat. Padahal, pasar saham lebih cocok buat lo yang siap jalan panjang. Apalagi buat kita yang masih 20-an, waktu justru jadi kekuatan terbesar yang bisa dimanfaatin lewat compound interest alias bunga berbunga.
Itulah kenapa gue selalu bilang: edukasi adalah kunci. Daripada asal ikut-ikutan beli saham karena FOMO, mending lo belajar dulu. Misalnya dengan Follow & Subscribe Psychology of Finance, lo bisa dapet konten soal gimana cara ngelola uang, ngebangun mindset sehat dalam investasi, dan ngeliat duit bukan cuma dari angka, tapi juga psikologi di baliknya.
Banyak banget investor gagal bukan karena nggak punya modal, tapi karena nggak bisa ngontrol emosi. Panik waktu pasar merah, terlalu serakah waktu pasar hijau. Di situlah letak pentingnya lo paham psikologi finansial.
Koreksi pasar itu ibarat ujian. Yang panik, keluar. Yang tenang, nambah. Dan yang sabar, biasanya yang menang di akhir.

Koreksi Itu Bukan Musuh, Tapi Peluang
Banyak yang langsung panik begitu liat grafik merah. Padahal, koreksi itu bagian dari siklus pasar. Dalam dunia saham, nggak ada yang namanya naik terus. Sama kayak hidup, pasti ada naik-turunnya. Tapi yang penting adalah gimana lo respon tiap fase itu.
Koreksi pasar sering kali justru jadi momen paling potensial buat mulai investasi. Kenapa? Karena saat harga turun, valuasi saham jadi lebih menarik. Lo bisa dapetin perusahaan bagus dengan harga lebih murah. Kalau diibaratkan, ini tuh kayak lo lagi belanja di toko barang branded pas lagi diskon gede-gedean.
Analis dari Yugen Bertumbuh Sekuritas dan Binaartha Sekuritas sepakat bahwa meskipun IHSG sempat melemah, potensi naik tetap terbuka selama level support utama masih terjaga. Artinya, pasar belum dalam kondisi bearish parah, tapi lebih ke istirahat sebelum naik lagi.
Dan ini penting banget buat investor muda kayak lo: waktu di pasar itu lebih penting dari waktu masuk pasar. Maksudnya, makin lama lo stay dan disiplin, makin besar peluang lo buat cuan, terlepas lo mulai dari harga tinggi atau rendah.
Yang sering bikin gagal justru karena terlalu reaktif. Liat saham turun dikit langsung jual rugi. Atau malah baru beli waktu semua orang udah beli. Padahal, strategi yang lebih stabil dan terukur bakal kasih hasil yang jauh lebih optimal dalam jangka panjang.

Langkah Bijak Saat Pasar Lagi Volatil
Nah, sekarang ke bagian penting: apa yang bisa lo lakuin saat IHSG lagi labil kayak sekarang?
a. Pahami Profil Risiko Lo
Sebelum ngapa-ngapain, pastikan dulu lo tau tipe investor kayak apa. Lo lebih suka main aman? Atau lo tahan banting dan oke aja kalau harus nunggu lama? Ini penting banget karena akan menentukan strategi lo ke depan.
Kalau lo belum tau, coba deh cek Tes Psikologi Finansial dari Satu Persen. Dengan hasil yang jelas dan praktis, lo bisa lebih pede nentuin arah investasi sesuai gaya lo.
b. Fokus ke Saham Fundamental Kuat
Lagi koreksi gini, jangan buru-buru masuk ke saham yang fluktuatif banget. Coba liat list yang direkomendasiin analis kayak TLKM, BBCA, ASII, UNVR, atau ICBP. Perusahaan-perusahaan ini punya performa solid dan relatif tahan banting waktu pasar nggak stabil.
c. Jangan All-in Sekali Beli
Gunakan strategi average in, alias beli bertahap. Misalnya lo punya budget 1 juta buat beli saham A, coba pecah jadi tiga bagian. Jadi kalau harga turun, lo masih punya amunisi buat beli lebih murah.
d. Konsisten & Sabar
Investasi itu soal konsistensi. Nggak usah maksa masuk semua uang lo sekaligus. Sisihin tiap bulan sedikit-sedikit, dan jangan terpancing buat langsung tarik uang saat market merah.
Kalau lo butuh referensi atau insight harian, lo bisa follow konten dari Psychology of Finance. Banyak banget bahasan menarik mulai dari manajemen uang, mindset soal kaya, sampai gimana caranya ngadepin penurunan pasar tanpa panik.
e. Edukasi Diri, Jangan Henti Belajar
Terakhir, lo harus paham: makin lo ngerti, makin kuat mental lo saat ngadepin market yang nggak pasti. Banyakin baca, nonton video, ikut kelas. Di Satu Persen, lo bisa dapetin semua itu dalam gaya yang ringan tapi berbobot.
Inget ya, bukan cuma soal beli saham murah dan jual mahal. Tapi gimana lo bisa tenang, rasional, dan bijak di tengah naik turunnya pasar.
Kesimpulan
Banyak orang yang mikir mereka harus jadi pakar ekonomi dulu sebelum bisa mulai investasi di pasar saham. Padahal, kenyataannya justru sebaliknya: lo belajar justru dengan mulai dulu. Bukan berarti asal-asalan, ya. Tapi lo bisa mulai dari jumlah kecil sambil pelan-pelan ngerti.
Pergerakan IHSG yang naik turun belakangan ini seolah ngingetin kita semua: pasar saham itu penuh ketidakpastian. Tapi di balik fluktuasi itu, ada potensi yang besar kalau lo punya strategi dan mindset yang tepat.
Kalau sekarang lo lagi bingung “Gue harus ngapain?”, jawabannya adalah: mulai edukasi diri dulu. Jangan buru-buru pengin cuan gede kalau lo belum ngerti risikonya. Di era digital ini, banyak banget sumber belajar yang bisa lo manfaatin. Tapi, saran gue, pilih sumber yang bukan cuma bahas teknikal, tapi juga ngasih lo pemahaman soal psikologi keuangan.
Di Psychology of Finance, lo bisa dapet insight soal perilaku keuangan, emosi saat ngambil keputusan, sampai cara ningkatin literasi finansial lo secara menyeluruh. Karena percaya deh, game di pasar modal itu 50% teknik, 50% mental.
Kalau mental lo kuat, lo nggak bakal gampang panik waktu market drop. Dan lo juga nggak bakal silau waktu market hijau terang. Intinya, lo bisa jadi investor yang realistis dan tenang, bukan yang impulsif dan terburu-buru.
Makanya, yuk, jadiin momen koreksi IHSG ini sebagai momentum lo buat refleksi dan bertumbuh. Entah lo baru mau mulai, udah sempet nyemplung tapi nyesel, atau bahkan lagi nyangkut, ini waktunya buat ngelangkah dengan lebih bijak.
FAQ
Q: Gue masih kuliah, belum punya penghasilan tetap. Boleh nggak mulai investasi saham?
A: Boleh banget. Justru semakin awal lo mulai, semakin bagus. Lo bisa mulai dengan nominal kecil di aplikasi investasi yang udah terdaftar OJK. Tapi ingat, jangan pake uang buat kebutuhan penting atau darurat, ya.
Q: Apa sih bedanya koreksi sama crash?
A: Koreksi itu penurunan harga dalam jangka pendek yang biasanya nggak ekstrem, dan sering terjadi di pasar saham. Sementara crash itu penurunan tajam dan mendadak yang biasanya disebabkan krisis besar atau kepanikan massal.
Q: IHSG merah terus. Apa ini tandanya harus jual semua saham gue?
A: Nggak selalu. Justru waktu merah adalah saat yang tepat buat evaluasi. Cek lagi saham yang lo pegang. Kalau fundamentalnya bagus, mungkin ini momen buat nambah, bukan kabur.
Q: Gimana biar gue bisa tenang saat lihat portofolio minus?
A: Latih kesabaran dan belajar terus. Jangan ngandelin intuisi doang. Lo bisa mulai dengan ikut diskusi di komunitas yang sehat atau baca insight keuangan dari Psychology of Finance biar ngerti bahwa emosi lo adalah bagian dari proses.
Q: Selain saham, investasi apa yang cocok buat pemula?
A: Bisa mulai dari reksa dana pasar uang atau emas digital. Tapi balik lagi ke tujuan dan profil risiko lo. Kalau lo nggak yakin, ambil waktu untuk belajar dulu sebelum masuk.