Key Takeaways
- Gaya hidup konsumtif membuat banyak orang sulit menabung dan terjebak dalam krisis keuangan.
- Perilaku impulsif dalam berbelanja sering kali dipicu oleh kemudahan akses e-commerce dan pengaruh media sosial.
- Banyak orang rela berutang demi memenuhi gaya hidup mewah yang sebenarnya tidak perlu.
- Indonesia mengalami pemborosan makanan dalam jumlah besar yang berdampak pada ekonomi dan lingkungan.
- Budaya boros diperparah oleh tren sosial, iklan yang menyesatkan, serta penggunaan kredit yang tidak terkendali.

Lo pernah merasa uang cepat banget habis padahal baru aja gajian atau dapet uang saku? Kalau iya, lo nggak sendirian. Survei menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia mengalami kesulitan menabung karena gaya hidup boros. Bahkan, 33% masyarakat Indonesia berada di kategori "hampir bangkrut", di mana pengeluaran mereka hampir setara dengan pemasukan bulanan.
Banyak faktor yang bikin orang sulit mengendalikan keuangan, mulai dari kebiasaan konsumtif, belanja impulsif, sampai tren sosial yang bikin orang merasa harus mengikuti standar gaya hidup tertentu. Media sosial juga berperan besar dalam mendorong perilaku boros ini, dengan iklan dan konten lifestyle yang bikin orang ingin membeli barang-barang yang sebenarnya nggak mereka butuhkan.
Bukan cuma soal belanja, pemborosan juga terjadi dalam bentuk lain, seperti sampah makanan yang mencapai 48 juta ton per tahun. Jumlah ini menunjukkan bahwa selain boros dalam keuangan, masyarakat juga kurang bijak dalam mengelola konsumsi makanan.
Jadi, seberapa serius sebenarnya budaya boros di Indonesia? Dan kenapa banyak orang kesulitan mengontrol keuangan mereka?

Kenapa Banyak Orang Hidup Boros?
Gaya hidup boros bukan sekadar kebiasaan, tapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang membuat orang sulit mengendalikan pengeluaran mereka. Berikut beberapa alasan utama kenapa banyak orang Indonesia kesulitan mengatur keuangan dan cenderung boros.
1. Gaya Hidup Konsumtif dan FOMO (Fear of Missing Out)
Banyak orang terdorong untuk membeli barang atau pengalaman tertentu bukan karena butuh, tapi karena nggak mau ketinggalan tren. FOMO ini sering terjadi karena pengaruh media sosial, di mana orang ingin tampil seperti influencer atau selebriti yang memamerkan barang mewah, makanan mahal, atau perjalanan ke tempat eksotis.
Tanda-tanda lo terjebak dalam gaya hidup konsumtif:
- Sering belanja hanya karena melihat diskon besar tanpa benar-benar butuh barangnya.
- Membeli barang karena ingin terlihat "keren" di media sosial.
- Mengeluarkan uang lebih banyak untuk nongkrong di tempat yang lagi viral.
Tanpa sadar, kebiasaan ini membuat banyak orang menghabiskan uang mereka hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial, bukan kebutuhan nyata.
2. Belanja Impulsif dan Kemudahan E-Commerce
Saat ini, berbelanja jadi makin mudah dengan adanya e-commerce dan fitur one-click payment. Hanya dengan beberapa ketukan di layar ponsel, barang sudah bisa sampai di rumah tanpa harus berpikir panjang.
Alasan kenapa orang mudah terjebak belanja impulsif:
- Adanya promo seperti flash sale, buy 1 get 1, atau free shipping yang menggoda untuk membeli barang yang sebenarnya nggak perlu.
- Notifikasi dan iklan dari e-commerce yang terus muncul di ponsel.
- Kebiasaan scrolling di marketplace tanpa tujuan, lalu tiba-tiba checkout barang yang nggak direncanakan.
Sering kali, orang nggak sadar bahwa belanja kecil-kecilan ini bisa jadi kebiasaan yang menguras keuangan dalam jangka panjang.
3. Pengaruh Media Sosial dan Iklan yang Menyesatkan
Media sosial penuh dengan iklan yang dirancang untuk membuat orang merasa butuh sesuatu yang sebenarnya nggak penting. Mulai dari produk skincare, gadget terbaru, fashion, sampai gaya hidup mewah yang kelihatannya “harus dimiliki” biar nggak ketinggalan zaman.
Beberapa strategi iklan yang bikin orang jadi boros:
- Teknik fear marketing, di mana lo dibuat merasa "kurang" kalau nggak punya produk tertentu.
- Endorsement dari influencer yang membuat produk terlihat lebih menarik dan “wajib punya.”
- Taktik psikologis seperti warna cerah, hitungan mundur promo, dan testimoni pelanggan yang membangun urgensi untuk membeli.
Karena banyak orang nggak sadar bahwa mereka sedang dimanipulasi oleh strategi pemasaran ini, mereka pun jadi mudah mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya nggak perlu.
4. Kebiasaan Berutang Demi Gaya Hidup
Banyak orang rela berutang demi bisa tetap menjalani gaya hidup mewah. Kredit tanpa agunan, paylater, dan kartu kredit sering kali jadi solusi instan buat memenuhi keinginan, tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial jangka panjang.
Masalah yang muncul akibat kebiasaan ini:
- Tagihan kartu kredit yang terus bertambah dan sulit dilunasi.
- Terjebak dalam siklus utang karena terus menggunakan fasilitas paylater.
- Penghasilan yang habis hanya untuk membayar cicilan tanpa ada tabungan.
Alih-alih membantu, kebiasaan ini justru bikin kondisi finansial semakin kacau dan sulit keluar dari lingkaran utang.
5. Pemborosan Makanan yang Tidak Terkendali
Selain belanja barang, banyak orang juga boros dalam hal makanan. Indonesia menghasilkan 48 juta ton sampah makanan per tahun, yang menunjukkan bahwa banyak orang membeli atau memesan makanan dalam jumlah berlebihan, lalu membuangnya begitu saja.
Penyebab utama pemborosan makanan:
- Kebiasaan memesan makanan berlebihan tanpa memperkirakan porsi yang dibutuhkan.
- Membeli makanan hanya karena sedang diskon atau promo, lalu nggak dikonsumsi.
- Kebiasaan membuang makanan sisa tanpa berusaha mengolahnya kembali.
Pemborosan ini bukan hanya berdampak pada keuangan pribadi, tapi juga pada lingkungan dan ekonomi secara keseluruhan.
6. Tidak Punya Kesadaran Finansial
Salah satu alasan utama kenapa banyak orang boros adalah kurangnya literasi keuangan. Banyak orang masih belum paham tentang pentingnya menabung, investasi, atau bagaimana mengatur anggaran dengan benar.
Beberapa tanda kurangnya kesadaran finansial:
- Menghabiskan seluruh gaji tanpa menyisihkan untuk tabungan atau dana darurat.
- Tidak mencatat pengeluaran, sehingga sulit mengontrol keuangan.
- Menganggap bahwa menabung atau berinvestasi bisa ditunda.
Karena kurangnya kesadaran ini, banyak orang akhirnya terjebak dalam pola hidup boros yang sulit diubah.

Cara Menghentikan Gaya Hidup Boros dan Mengatur Keuangan dengan Lebih Baik
Setelah tahu penyebab kenapa banyak orang sulit mengontrol keuangan, langkah berikutnya adalah mencari solusi agar lo nggak ikut terjebak dalam kebiasaan boros. Berikut beberapa cara yang bisa lo terapkan untuk mengatur keuangan dengan lebih bijak.
1. Buat Anggaran dan Prioritaskan Kebutuhan
Mulai dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran lo setiap bulan. Tentukan anggaran untuk kebutuhan utama seperti makanan, tempat tinggal, transportasi, dan tabungan. Hindari menghabiskan uang untuk hal-hal yang nggak esensial sebelum kebutuhan utama terpenuhi.
2. Batasi Penggunaan Paylater dan Kartu Kredit
Kalau lo sering pakai paylater atau kartu kredit untuk belanja impulsif, coba kurangi penggunaannya. Gunakan hanya untuk keperluan mendesak atau jika memang ada rencana pembayaran yang jelas.
3. Biasakan Menabung dan Bangun Dana Darurat
Mulai dengan menyisihkan minimal 10-20% dari pendapatan lo untuk tabungan atau dana darurat. Dengan cara ini, lo bisa lebih siap menghadapi situasi tak terduga tanpa harus berutang.
4. Hindari Godaan Media Sosial dan Iklan
Kurangi kebiasaan scrolling di e-commerce atau mengikuti akun yang sering memamerkan gaya hidup mewah. Semakin lo sering terpapar dengan konten seperti itu, semakin besar dorongan buat ikut-ikutan membeli barang yang nggak perlu.
5. Kurangi Pemborosan Makanan
Beli makanan secukupnya dan manfaatkan sisa makanan dengan lebih kreatif. Jika memungkinkan, masak sendiri di rumah untuk menghemat pengeluaran dibandingkan sering makan di luar atau memesan makanan online.
6. Tingkatkan Literasi Keuangan
Pelajari cara mengelola uang dengan lebih baik melalui buku, artikel, atau mengikuti akun yang membahas edukasi finansial. Dengan lebih memahami keuangan, lo bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan terhindar dari kebiasaan boros.
Gaya hidup boros bukan sesuatu yang nggak bisa diubah. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, lo bisa mulai mengontrol pengeluaran, menabung lebih banyak, dan membangun keuangan yang lebih sehat untuk masa depan.
Kesimpulan
Gaya hidup boros adalah masalah yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia, baik di kota besar maupun kecil. Faktor utama penyebabnya adalah gaya hidup konsumtif, belanja impulsif, pengaruh media sosial, kebiasaan berutang, dan kurangnya literasi finansial. Ditambah dengan tingginya angka pemborosan makanan, perilaku boros ini bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga berdampak pada ekonomi dan lingkungan.
Untuk menghindari kebiasaan boros, ada beberapa langkah yang bisa lo lakukan:
- Buat anggaran bulanan dan prioritaskan kebutuhan utama.
- Kurangi penggunaan kartu kredit dan paylater untuk pengeluaran yang nggak penting.
- Biasakan menabung dan bangun dana darurat supaya lebih siap menghadapi kondisi darurat.
- Kurangi belanja impulsif dengan menghindari e-commerce dan promosi yang menggoda.
- Kurangi pemborosan makanan dengan membeli dan memasak makanan secukupnya.
- Tingkatkan literasi finansial agar lebih bijak dalam mengelola keuangan.
Kalau lo merasa pengeluaran lo sering nggak terkontrol, sekarang adalah waktu yang tepat buat mulai membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat. Dengan mengatur keuangan lebih baik, lo bukan cuma menghindari krisis finansial, tapi juga bisa mencapai kebebasan finansial di masa depan.
Buat lo yang ingin belajar lebih banyak tentang cara mengelola uang dengan lebih cerdas, follow Psychology of Finance untuk mendapatkan insight dan strategi finansial yang bisa membantu lo mengambil keputusan keuangan dengan lebih bijak.
FAQ
1. Kenapa gue selalu merasa uang cepat habis?
Bisa jadi karena lo nggak mencatat pengeluaran dengan baik atau sering belanja impulsif tanpa sadar. Coba mulai buat anggaran bulanan dan catat semua pengeluaran untuk melihat ke mana uang lo sebenarnya pergi.
2. Gimana cara mengontrol keinginan belanja impulsif?
- Hindari buka e-commerce kalau nggak ada kebutuhan mendesak.
- Hapus aplikasi belanja kalau lo sering tergoda buat checkout barang.
- Gunakan teknik delayed gratification, di mana lo menunda pembelian selama beberapa hari untuk melihat apakah barang itu benar-benar dibutuhkan atau cuma keinginan sesaat.
3. Apakah menggunakan kartu kredit itu buruk?
Nggak selalu. Kartu kredit bisa bermanfaat kalau digunakan dengan bijak, seperti untuk transaksi yang memang penting dan bisa langsung lo lunasi sebelum jatuh tempo. Yang bahaya adalah kalau lo pakai buat belanja impulsif dan nggak bisa membayar tagihan tepat waktu.
4. Berapa persen dari pemasukan yang sebaiknya ditabung?
Idealnya, lo menyisihkan 10-20% dari pemasukan untuk tabungan. Kalau memungkinkan, alokasikan juga sebagian untuk dana darurat agar lo lebih siap menghadapi kondisi tak terduga.
5. Apa tanda-tanda gue sudah terjebak dalam gaya hidup boros?
- Sering kehabisan uang sebelum akhir bulan.
- Punya banyak barang yang jarang atau nggak pernah dipakai.
- Mengandalkan kartu kredit atau paylater untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Nggak punya tabungan atau dana darurat.
Kalau lo mengalami beberapa tanda di atas, saatnya mulai mengubah kebiasaan dan mengelola keuangan dengan lebih bijak!