4 Tips Melawan FOMO yang Bikin Boros di Era Digital

Dilsa Ad'ha
8 Dec 2024
6 read

Key Takeaways

  • FOMO adalah kecemasan sosial yang memicu pengeluaran berlebihan
  • Media sosial jadi pemicu utama FOMO di kalangan Gen Z
  • Ada cara praktis untuk mengendalikan FOMO dan menghemat uang

Gue yakin lo pernah ngerasain gimana rasanya scroll feed Instagram terus tiba-tiba ngerasa hidup lo nggak se-fancy temen-temen lo. Mereka nongkrong di cafe aesthetic, liburan ke destinasi keren, atau pamer barang branded terbaru. Terus lo jadi kepikiran, "Kok gue ketinggalan ya?" Nah, perasaan ini yang bikin lo tanpa sadar jadi boros dan ujung-ujungnya bikin kantong jebol.

Fenomena FOMO atau Fear of Missing Out ini nggak cuma lo aja yang ngalamin. Generasi Z, termasuk gue dan lo, jadi kelompok yang paling rentan kena dampak FOMO. Kenapa? Karena kita hidup di era digital yang bikin kita selalu terhubung dan terus-terusan dapet "update" dari kehidupan orang lain.

Masalahnya, FOMO ini bukan cuma bikin mental lo terganggu, tapi juga bisa bikin dompet lo menipis. Bayangin aja, setiap kali lo ngeliat temen lo posting tentang barang baru atau pengalaman seru, lo jadi pengen ikutan beli atau ngalamin hal yang sama. Padahal, belum tentu itu sesuai sama budget atau bahkan kebutuhan lo.

Yang bikin FOMO makin parah adalah cara marketing yang makin canggih. Brand-brand sekarang pinter banget manfaatin FOMO lewat taktik kayak "limited edition", "flash sale", atau "exclusive deal". Lo jadi merasa harus beli sekarang juga, kalau nggak nanti ketinggalan dan nyesel. Ujung-ujungnya, lo beli barang yang sebenernya nggak lo butuhin, cuma karena takut nggak kebagian atau ketinggalan tren.

Di tengah hiruk pikuk dunia digital yang bikin lo gampang FOMO, gue pengen berbagi gimana caranya mengendalikan FOMO supaya nggak bikin kantong bolong. Karena sejujurnya, FOMO ini bisa diatasi kalau lo tau triknya. Yang penting, lo harus mulai sadar kalau nggak semua yang lo liat di media sosial itu perlu lo ikutin atau lo miliki.

Jebakan Mental yang Bikin FOMO Makin Parah

Kamu pasti pernah ngerasain itu, kan? Lihat temen-temen atau influencer di media sosial yang kelihatannya hidupnya sempurna: liburan ke luar negeri, makan di restoran mahal, atau jalan-jalan pakai barang branded. Rasanya pengen ikut dan punya semua itu juga. Itulah yang disebut dengan FOMO (Fear of Missing Out)—perasaan takut ketinggalan sesuatu yang "harus" lo punya atau lakukan untuk dianggap keren atau bahagia. Tapi, tahukah lo bahwa FOMO nggak hanya soal keinginan, melainkan jebakan mental yang bisa bikin keuangan lo berantakan? Yuk, kita ulik beberapa alasan kenapa FOMO bisa makin parah di dunia digital ini.

1. Perfeksionisme di Media Sosial

Sosial media sering kali cuma menampilkan highlight reel dari kehidupan orang lain. Artinya, kita cuma melihat momen terbaik mereka—liburan mewah, pesta ulang tahun yang super fun, atau makanan yang Instagrammable banget. Sisi-sisi struggle atau kegagalan jarang banget dibagikan. Itu sebabnya, kita jadi gampang merasa hidup kita kurang dibanding orang lain. Ketika lihat teman-teman yang terus memamerkan keberhasilan atau kemewahan, lo mungkin merasa hidup lo nggak cukup bagus atau masih kurang sesuatu.

Contohnya, mungkin lo lihat temen lo yang selalu posting tentang shopping spree, sedangkan lo lagi nabung buat beli barang penting. Ini bisa menumbuhkan rasa minder dan dorongan untuk beli barang-barang yang sebenarnya nggak lo butuhkan. Padahal, lo nggak tahu apa yang mereka alami di balik layar. Mereka juga mungkin merasakan hal yang sama. Ini adalah perangkap mental yang bikin kita merasa kita harus ikut tren demi dianggap sukses atau bahagia.

2. Persaingan Status Sosial

Di era digital, status sosial sering kali diukur berdasarkan apa yang kita tunjukkan di media sosial. Banyak orang merasa harus selalu terlihat gaul, kekinian, atau terkini supaya dianggap “se-level” atau bahkan lebih dari teman-teman mereka. Pamer liburan ke Bali atau makan di restoran hits jadi ukuran kesuksesan di dunia maya.

Namun, ini cuma ilusi. Lo merasa harus mengikuti tren demi status sosial, padahal status sosial yang dibangun di atas dasar konsumsi nggak akan bertahan lama. Apa yang lo lihat di sosmed seringkali adalah hal yang dibayar dengan harga yang sangat mahal, baik secara finansial maupun emosional. Efeknya? Kita lebih cenderung membelanjakan uang untuk memenuhi ekspektasi sosial, bukan kebutuhan pribadi. Ini jadi jebakan yang bisa menguras kantong dan menyebabkan stress keuangan.

3. Validasi dari Like dan Comment

Sosial media memberikan kita semacam dopamine hit setiap kali kita mendapatkan like atau komentar di postingan kita. Ini adalah bentuk pengakuan yang bikin kita merasa dihargai dan diterima. Nah, ketika lo lihat temen atau influencer mendapatkan banyak perhatian dan interaksi di postingannya, lo jadi merasa perlu untuk mengikuti jejak mereka, agar bisa merasakan hal yang sama.

Buat sebagian orang, validasi sosial ini bahkan lebih penting daripada kebutuhan sebenarnya. Akhirnya, lo beli barang yang nggak lo butuhin atau jalan ke tempat yang nggak sesuai dengan anggaran cuma buat dapetin perhatian atau validasi di media sosial. Sadar nggak, ini jadi kebiasaan konsumtif yang berbahaya? Lo lebih fokus pada “pengakuan” orang daripada pada tujuan finansial pribadi lo.

Langkah Cerdas Kendalikan FOMO

Lalu, bagaimana cara kita mengendalikan FOMO supaya tidak merusak keuangan dan kebahagiaan kita? Berikut beberapa langkah cerdas yang bisa lo coba:

1. Bikin Budget Anti-FOMO

Langkah pertama yang perlu lo lakukan adalah tentuin budget bulanan yang realistis, termasuk buat kegiatan nongkrong atau belanja. Pisahkan uang untuk kebutuhan utama dan fun money (uang untuk hiburan). Dengan begitu, lo tahu seberapa banyak yang bisa lo keluarkan untuk kegiatan yang menyenangkan tanpa merasa bersalah. Kalau lo udah punya planning yang jelas, godaan FOMO bisa jadi lebih mudah ditangkal.

2. Terapin "24 Jam Rule"

Sebelum beli barang atau ikutan tren yang bikin lo FOMO, coba tunggu dulu 24 jam. Ini bisa memberi lo waktu untuk berpikir: "Gue beneran butuh ini, atau cuma ikut-ikutan?" Biasanya, setelah 24 jam, perasaan FOMO itu akan mulai memudar, dan lo bisa mikir lebih jernih. Ini membantu lo menghindari belanja impulsif dan lebih selektif dalam menentukan apa yang benar-benar penting.

3. Marie Kondo Your Social Media

Seperti halnya barang-barang di rumah yang perlu disortir, akun sosial media juga perlu “Marie Kondo’d.” Unfollow atau mute akun-akun yang bikin lo merasa insecure atau cemas tentang gaya hidup lo. Sebaliknya, follow akun-akun yang fokus pada financial literacy, personal growth, atau konten positif yang bisa menginspirasi lo untuk berkembang. Ganti mindset lo dari “pengen punya” jadi “pengen berkembang.” Dengan begitu, lo lebih bisa fokus pada pengembangan diri dan keuangan daripada terjebak dalam dunia konsumtif yang nggak ada habisnya.

4. Temuin Your Own Joy

Alih-alih ngikutin tren atau gaya hidup orang lain, coba cari tahu apa yang benar-benar bikin lo bahagia. Mungkin lo lebih enjoy ngopi di warung kopi sederhana daripada di kafe mahal, atau lebih senang nongkrong di rumah temen daripada di klub malam. Happiness bukan diukur dari seberapa banyak barang atau pengalaman yang lo miliki, tapi dari seberapa lo bisa menghargai momen kecil yang membuat lo merasa puas. There’s no shame in enjoying simple pleasures—bahkan bisa lebih menyenangkan dan jauh lebih hemat!

Kesimpulan

FOMO bukan hanya soal keinginan untuk punya sesuatu, tapi juga tentang bagaimana kita mengelola mental kita di tengah godaan yang ada di dunia digital. Dengan lebih sadar dan bijak dalam memilih apa yang benar-benar penting, lo bisa mulai mengendalikan FOMO dan mengarahkannya pada tujuan yang lebih sehat secara finansial dan emosional. Ingat, keberhasilan finansial bukan soal seberapa banyak barang atau pengalaman yang lo beli, tetapi seberapa baik lo mengelola apa yang lo miliki dengan bijak. Jadi, mulailah langkah kecil untuk kontrol diri dan menuju hidup yang lebih tenang dan bahagia!

Kalau lo tertarik buat lebih paham tentang psikologi di balik kebiasaan finansial dan cara ngelawan FOMO, yuk follow Psychology of Finance di Instagram @psychologyoffinanceid. Di sana lo bakal dapet insight menarik tentang hubungan antara mental dan duit, plus tips praktis buat ngelola keuangan dengan lebih smart.

Selain itu, buat yang pengen konsultasi lebih mendalam soal masalah keuangan atau FOMO yang lo alamin, Satu Persen punya layanan Life Coaching yang bisa bantu lo. Bareng Life Coach yang berpengalaman, lo bisa cerita dan cari solusi buat masalah yang lo hadapi. Kunjungin satu.bio/curhat-yuk buat mulai sesi pertama lo.

FAQ

Q: Apa beda FOMO sama keinginan normal buat upgrade lifestyle?

A: FOMO lebih ke perasaan cemas dan takut ketinggalan yang mendadak, sementara keinginan upgrade lifestyle biasanya didasari planning dan pertimbangan matang.

Q: Gimana kalau FOMO udah terlanjur bikin gue nunggak credit card?

A: Langkah pertama, stop dulu semua pengeluaran nggak penting. Bikin rencana pelunasan utang dan konsultasi ke financial advisor atau Life Coach buat bantuan lebih lanjut.

Q: Kalau temen-temen gue suka ngejudge karena gue nggak ikutan hangout mahal?

A: Komunikasiin ke temen lo tentang prioritas finansial lo. Temen yang bener pasti bakal respect dan bahkan mungkin support keputusan lo. Coba ajak mereka aktivitas yang lebih budget-friendly.

Q: Berapa lama waktu yang dibutuhin buat sembuh dari FOMO?

A: Nggak ada timeline pasti karena tiap orang beda-beda. Yang penting konsisten nerapin tips yang udah dibahas dan selalu inget goals finansial jangka panjang lo.

Q: Apa FOMO bakal hilang kalau gue udah kaya?

A: FOMO nggak ada hubungannya sama seberapa kaya seseorang. Bahkan orang kaya pun bisa kena FOMO kalau nggak punya financial mindset yang sehat.